“Ada banyak hal selain faktor perekonomian dimana exchange rate (nilai tukar rupiah terhadap dolar) dan pertumbuhan ekonomi , juga faktor kepastian atau stabilitas politik,” tutur Marketing Communication Manager GAD, Tryfena Sri Rahajoe kepada detikOto, di Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Sejatinya, kata Tryfena, kondisi seperti ini sudah dirasakan pihaknya sejak 2014 lalu. Saat itu kekhawatiran calon konsumen terhadap situasi politik karena adanya perhelatan pemilihan umum anggota legislatif dan presiden. Walhasil, calon pembeli juga menunggu.
“Karena mereka bersikap wait and see, maka juga berdampak ke penjualan kami. Penjualan turun sekitar 20 persen, sehingga total penjualan sepanjang tahun itu hanya 50 unit,” ucapnya.
Pengaruh kondisi politik ini dinilai lebih besar ketimbang kenaikan tarif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang naik sejak tahun lalu. Konsumen mobil kelas premium, akan lebih cepat melakukan penyesuaian terhadap pajak atau harga ketimbang meredam kekhawatiran mereka terhadap situasi politik.
“Kalau tax (pajak) yang naik, atau nilai tukar yang melemah, itu bagi mereka hanya shock sesaat saja. Paling dua bulan sudah menyesuaikan, tapi berbeda dengan politik,” kata Tryfena.
Redaksi: redaksi[at]detikoto.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
http://ift.tt/eA8V8J