Viar: Lebih Baik Jadi Raja di Kota Kecil daripada Jadi Buruh di Kota Besar

Jakarta - Tahun 2014 ini, pasar sepeda motor memang tengah loyo. Pada Oktober lalu saja, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat penurunan penjualan sepeda motor hingga 4 persen menjadi 680.642 unit. Tapi, Viar tidak terpengaruh dengan merosotnya penjualan sepeda motor di Indonesia.

"Kalau Viar mungkin tiga tahun yang lalu berasa (pengaruh penurunan penjualan motor Indonesia). Tetapi Viar membidik niche market yang jarang (dimainkan brand lain)," kata Deputy Director Marketing Viar Motor Indonesia, Akhmad Zafitra Dalie saat ditemui di kantornya, di kawasan Sunter, Jakarta.


Menurut Dalie, motor roda tiga yang diproduksi Viar mengalami kenaikan di atas 20 persen. Sebab, tidak banyak agen pemegang merek (APM) yang bermain dengan produk untuk menyokong ekonomi mikro di Indonesia.


"Lebih baik jadi raja di kota kecil daripada buruh di kota besar," kata Dalie.


"Kami dulu ikut (APM lain). Tapi kami lihat enggak ada gunanya. Contoh roda tiga. Kenaikannya di atas 20 persen. Ini kebutuhan ekonomi mikro. Di Jawa motor-motor yang konsumtif, mungkin bukan turun. Tapi orang mulai jenuh," lanjutnya.


Galeri Foto Motor Roda Tiga Viar


Dalie melanjutkan, motor matik ber-cc besar milik Viar pun memegang peran yang baik. Sebab menurutnya, masyarakat juga butuh produk yang bisa mewakili identitasnya.


"Kami melihat orang-orang yang sudah jenuh dengan satu produk. Mereka pengin produk yang mewakili identitas dia. Sekarang yang pakai matik biasa enggak ditengok (karena sudah terlalu banyak digunakan masyarakat)," katanya.


Menurut Dalie, dengan membidik segmen niche market, pihaknya tidak perlu dana yang cukup besar. Tapi, yang dibutuhkan adalah usaha yang lebih agar brand image-nya tertanam di masyarakat.







http://ift.tt/eA8V8J

Tinggalkan Komentar: